Siang itu, tepatnya saat jam pulang sekolah, cuaca begitu cerah. Langit biru nyaris bersih, hanya ada serabut awan cirrus yang menggelayut di sana. Cerah sekali.
Adakalanya,
kondisi cuaca mempengaruhi suasana hati. Cuaca cerah, hati gembira. Cuaca
mendung, hati sendu. Namun, rupanya, cerahnya cuaca siang itu tak sejalan
dengan ekspresi siswa saya yang bernama Sihab. Ia berdiri di depan gerbang
sekolah. Pandangannya tertuju pada satu arah, arah menuju rumahnya. Penasaran,
saya pun menghampirinya.
“Kenapa,
Sihab?”
“Ini,
Bu. Bapak lama jemputnya”
“Bentar
lagi bapak dateng, InsyaAllah” Kata saya. Sayang, jawaban saya ini belum
berhasil mengubah ekspresi sendu di wajahnya.
“Kalau
bawa sepeda ontel kan enak, Sihab, nggak nunggu bapak jemput lagi. Jadi begitu
sekolah selesai, kamu bisa langsung pulang dah, enak, tho?” usul saya.
“Nggak
enak, Bu. Panaaasssss”
“Oooo,
ya sudah kalau gitu, gimana kalau nunggu bapak di depan kantor aja, teduh di
sana, daripada di sini, panas, yuk”
Alhamdulillah,
sihab pun mau. Tak lama, Sihab pun pulang bersama sang bapak.
***
Sebenarnya,
saya sudah menduga jawaban Sihab seperti itu saat saya menyarankannya memakai
sepeda onthel ke sekolah. Karena ya, semua siswa saya pasti menjawab seperti
itu, baik itu yang rumahnya jauh dari sekolah maupun yang dekat dengan sekolah.
Kompak mereka menjawab ‘Panas, Bu’.
Saya
pun tidak menyangkal itu, karena faktanya kondisi saat ini memang panas.
Bagaimana tidak, hal-hal yang dapat meredam panas itu sendiri, seperti pepohonan
maupun lahan-lahan hijau, sudah berkurang signifikan. Ini kondisi di desa
tempat tinggal saya. Bagaimana dengan kondisi di perkotaan?
Pemanasan Global Dalang Perubahan Iklim
Nah panas yang kita rasakan ini disebabkan meningkatnya suhu atau temperatur rata-rata di permukaan bumi atau disebut juga dengan pemanasan global. Pemanasan global terjadi karena adanya efek rumah kaca. Efek rumah kaca itu sendiri adalah peristiwa terperangkapnya panas di bumi karena terhalang oleh gas emisi seperti karbondioksida yang berasal dari asap kendaraan bermotor, asap pabrik-pabrik atau industri, kebakaran hutan. Gas emisi ini terperangkap di atmosfer.
Udara panas yang kita rasakan sehari-hari ini bisa dikatakan dampak kecil dari adanya pemanasan global yang disebabkan efek rumah kaca. Meskipun dampak kecil namun rasanya sudah cukup menyiksa, bukan? Nggak betah kalau lama-lama beraktivitas di luar rumah. Kalaupun di rumah maunya dekat-dekat kipas angin seperti upin-ipin?
![]() |
sc. fb upin ipin official |
Nah, baru-baru ini, Kanada, merasakan dampak luar biasa dari pemanasan global sebab adanya efek rumah kaca. Negara itu tidak merasakan udara panas seperti yang kita rasakan sehari-hari melainkan gelombang panas. Bahkan suhu sebuah wilayah di Kanada, Lytton, mencapai 49,6 celcius. Hal ini dipicu oleh efek rumah kaca yang berasal dari kebakaran hutan.
Selain itu, pemanasan global juga mengakibatkan perubahan iklim, lho. Dampak dari perubahan iklim ini tidak hanya dialami oleh satu orang atau satu wilayah saja melainkan menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Mulai dari berdampak pada lingkungan, ekonomi, hingga kesehatan kita.
Dampak Perubahan Iklim di Berbagai Aspek Kehidupan
Dampak
perubahan iklim pada lingkungan terlihat jelas berupa terjadinya cuaca ekstrem
seperti yang terjadi di Cina berupa tingginya intensitas curah hujan. Pada
tahun-tahun sebelumnya, curah hujan tak pernah begitu tinggi. Namun saat ini,
curah hujan bisa meningkat drastis. Saking tingginya curah hujan sampai-sampai
bisa mendatangkan banjir besar. Dampak lainnya yakni adanya fenomena es di kutub-kutub
bumi meleleh yang menyebabkan permukaan air laut naik sehingga menyebabkan banjir. Selanjutnya, menurut
Setiawan, Kepala Badan Pengendalian Lingkungan Hidup Daerah (BPLHD) Jawa Barat,
perubahan iklim juga dapat menurunkan kuantitas air bersih bahkan diprediksi
akan terjadi kelangkaan air bersih di tahun 2025.
Dampak
perubahan iklim pada ekonomi yang paling kentara yakni terjadinya gagal panen. Tak
hanya petani, nelayan pun menjadi sulit melaut karena perubahan iklim yang
mengakibatkan cuaca tak menentu.
Selanjutnya,
kesehatan juga ikut merasakan dampak dari perubahan iklim. Misalnya pada musim
hujan, perubahan iklim yang menyebabkan curah hujan tinggi dapat membuat
meningkatnya jumlah penderita demam berdarah. Lalu, dalam Merdeka disebutkan
perubahan iklim yang mengakibatkan cuaca begitu panas dapat mengganggu
kesehatan berupa kelelahan, kram otot, gangguan pernapasan dan jantung yang semakin
memburuk hingga kekeringan yang menyebabkan kematian.
Dampak
dari perubahan iklim yang disebabkan pemanasan global benar-benar sudah
menyentuh kehidupan kita sehari-hari. Tidak lagi dirasakan oleh suatu wilayah
saja, melainkan banyak wilayah. Sedih nggak sih dengan fakta seperti ini?
Pasti, maka dari itu, kita harus melakukan sesuatu, kita harus bertindak, kita
harus beraksi, dan buang jauh-jauh rasa tak peduli terhadap dampak dari pemanasan
global.
Ikhtiar Guru Mengurangi Pemanasan Global Dalang Perubahan Iklim
Sebagai seorang guru yang tidak hanya berkewajiban untuk mengajar. Namun juga bertanggung jawab mendidik siswa. Ada beberapa hal sederhana yang saya lakukan demi bisa mengurangi pemanasan global.
Di sela-sela saya mengajar matematika, kadang saya menyisipkan materi yang berkaitan dengan pemanasan global yang merupakan dalang dari perubahan ikllim. Biasanya, untuk menyisipkan materi tersebut, saya awali dengan pertanyaan seperti ini ‘Panas banget ya hari ini? Kalian merasa gini juga, nggak? Sekadar informasi tambahan untuk kalian, nih, panas yang kita rasakan ini disebabkan pemanasan global, lho, tahu nggak apa itu pemanasan global? Apa penyebab pemanasan global? Yang jawabannya benar dapat 10 poin’. Setelah itu, barulah saya menjelaskan bagaimana cara mengurangi pemanasan global seperti menanam pohon di rumah, terutama pohon-pohon yang dapat menyerap gas-gas rumah kaca. Lalu menghemat penggunaan listrik, hingga tidak membakar sampah.
Tidak
hanya sekali. Saya melakukan hal tersebut berkali-kali, berulang-ulang, sampai
mereka hapal, paham, lalu mereka praktikkan di sekolah dan saya harap mereka
juga mempraktikkan hal tersebut saat berada di rumah.
Selain itu, sesekali, saya membuat media belajar menggunakan barang bekas. Hal ini bertujuan untuk menularkan semangat pada para siswa untuk meminimalkan sampah sendiri dengan cara memanfaatkannya kembali.
![]() |
media belajar pecahan dari kardus dan kertas bekas |
![]() |
media tentang covid-19 |
![]() |
media utk aritmatika sosial dari kertas bekas |
![]() |
permainan matematika bahan kardus dan kertas bekas |
Selanjutnya, ada dua hal lagi yang saya ikhtiarkan untuk mengurangi pemanasan global dalang perubahan iklim. Pertama yakni membuat semacam kartu atau flash card yang isinya berkaitan dengan gambar yang tertera sebagai bagian dari upaya mengurangi global warming yang merupakan dalang perubahan iklim. Jadi saat saya nanti menyisipkan materi terkait pemanasan global, saya bisa memberikan kartu-kartu tersebut.
![]() |
flash card untuk ikhtiar mengurangi pemanasan global dalang perubahan iklim |
Yang kedua, saya bergabung di #TeamUpForImpact. Saya akan ikut beberapa aksi yang digagas #TeamUpForImpact. Saya melakukan ini demi #UntukBumiKu .
FYI, bagi yang mau gabung ke #TEamUpForImpact silakan klik link ini yak https://teamupforimpact.org/
Jadi mari kita lakukan apa yang mampu kita lakukan untuk mengurangi pemanasan global. Buang jauh rasa tak peduli, jadi ayo beraksi. Tunggu apa lagi, kuatkan komitmen di hari bumi ini.
***
Dampak perubahan iklim (http://ditjenppi.menlhk.go.id/kcpi/index.php/info-iklim/dampak-fenomena-perubahan-iklim/dampak/)
Dampak perubahan iklim (https://www.itb.ac.id/berita/)
Pemanasan global disebabkan efek rumah kaca (https://sumber.belajar.kemdikbud.go.id/)
Perubahan iklim bagi kesehatan (https://m.merdeka.com/jateng/bahaya-perubahan-iklim-bagi-kesehatan-manusia-perlu-diketahui-kln.html)
Perubahan iklim menyebabkan badai (https://nationalgeographic.grid.id/amp/133074589/perubahan-iklim-sebabkan-badai-dan-siklon-terbentuk-di-tempat-baru?page=2)
Grafik perubahan suhu permukaan bumi, dari tahun 1880 sampai 2021 (https://www.ncei.noaa.gov/access/monitoring/climate-at-a-glance/)
Aku ngrasain banget perubahan iklim itu. Jaman sekolah naik sepeda padahal jauhnya 4km & daerah pantai. Kayaknya dulu biasa aja. Sekarang tinggal di daerah yg agak tinggi tapi ke warung yg dekat harus sebelum jam 9 biar nggak kepanasan. Kalau guru yg menggerakkan, insya Allah nurut semua.
BalasHapussemangat terus bu guru.. memang guru itu jadi salah satu orang yang bisa menggerakkan edukasi tentang perubahan iklim untuk anak2 yaa
BalasHapuskeluarga ku juga berikhtiar untuk mengurangi pemanasan global dengan cara memutuskan untuk tidak ingin punya kendaraan bermotor.. jadi kendaraan di rumah ya sepeda itu, dipake buat sekolah, ke pasar atau ke kantor
BalasHapusKarena dampak pemanasan global jadi cuaca sering panas ya, Mbak. Aku pun kalau siang hari sering nyalain kipas karena gerah banget.
BalasHapusCuaca kini makin panas. Apalagi hari terakhir di bulan Ramadhan, rasanya AC di rumah sudah tidak mempan. Mungkin beda lagi kalau di rumah saya banyak pepohonan rindang. Sayang, rumah saya tidak ada lahan untuk menanam pohon rindang. Harusnya pakai hidroponik tapi kadang suka mager hahaha.... bu guru nih hebat deh selalu mengajarkan kebaikan untuk murid2nya...memang kalau bukan kita yang memulai lalu siapa lagi?
BalasHapusakhr akhir ini ngerasain anget ih perubahan iklim inii, di bandung lagi sering ujan nggak menentu, kadang malahan bikin banjir di beberapa daerah huhuhu
BalasHapusAku rada sedih saat mendengar Bumi sudah semakin parah karena pemasan global. Memang harus di mulai dari diri sendiri ya, mbak. Minimal mulai mengurangi pemakaian listrik di rumah, pemilihan dan pemisahaan sampah kering, basah, organik, dan anorganik. Selain itu juga mengurangi pemakaian plastik, dan masih banyak lagi.
BalasHapusSemoga dengan kebiasaan yang baru dan kepudilian terhadap lingkungan bisa berdampak pada bumi, walaupun kecil.
Terharu banget sama usaha mba bikin flashcard dan materi. Banyak orang tau tapi tidak peduli dan bahkan mirisnya tidak percaya. Semoga makin banyak yang menyayangi bumi.
BalasHapusmemang menjadi target bagi kita semua untuk mengurangi pemanasan globa, dengan cara yang paling nyaman dengan keseharian tentunya
BalasHapusAih salut banget sama ibu guru yang begitu kreatif dan berusaha menyisipkan pesan2 ke anak didik utk ikut menjaga kelestarian bumi mbak. Emang sekolah tu salah satu tempat yang tepat mendidik anak supaya generasinya jd generasi yang jauh lbh baik dr generasi kita yang skrng dalam hal menjaga lingkungan yaa
BalasHapusDampak perubahan iklim yang paling terasa bukan hanya terhadap manusia, tapi juga penghuni lain seperti tumbuhan dan hewan. Semoga keseimbangan alam tetap bisa kita lakukan, meskipun dampaknya belum terasa, ini akan menjadi kebiasaan baik bersama.
BalasHapusMbaa, aku pas baca tulisan ini juga merasakan panasnya suasana mba. Tuk kita sama sama menjaga alam hingga selalu terjaga dengan baik
BalasHapusikhtiar yang luar biasa mba.. tidak ada kontribusi yang tidak bermanfaat dan semakin banyak yang melakukannya, semakin baik bumi kita tercinta
BalasHapusUhh, berasa banget mbaakk perubahan iklim sekarang. Soalnya hujan juga masih turun sampai bulan April, padahal dulu kita tahunya bulan April sudah masuk musim kemarau.
BalasHapusSenang banget kalau setiap orang peduli dengan lingkungan sekitar dan pemanasan global yang terjadi saat ini. Kalau saya biasanya mendaur ulang dan menanam tanaman jadi lebih asri mbak.
BalasHapus